Pemberian nama senyawa bertujuan untuk mempermudah kita untuk mengenali suatu senyawa tersebut. Analoginya seperti kita dalam pergaulan. Jika kita sebagai manusia tidak memiliki nama masing-masing, kita akan kesulitan untuk mengelompokkan atau mengenali satu sama lain.
Sehingga IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) akhirnya mengatur tentang tata nama senyawa yang ada di dunia. Penamaan dibedakan atas senyawa organik dan senyawa anorganik.
Pada senyawa organik yaitu senyawa yang mengandung atom C memiliki aturan sendiri dalam pemberian nama senyawanya. Pada artikel kali ini, akan dibahas tentang penamaan senyawa anorganik.
Tata nama senyawa organik dilihat dari beberapa konsep. Senyawa biner atau senyawa yang berikatan antara dua unsur dibagi menjadi 2 cara. Ditentukan dari jenis ikatan pembentuknya. Apakah ikatan ion atau ikatan kovalen.
Penamaan Senyawa Ion
Untuk senyawa yang memiliki ikatan ionik berarti unsur pembentukannya berasal dari unsur logam dan unsur nonlogam. Berdasarkan Sistem Periodik Unsur, unsur logam dibedakan menjadi dua yaitu logam utama (golongan A) dan logam transisi (golongan B).
Penamaan senyawa dari unsur logam utama dan nonlogam
Jika unsur pembentuk senyawa adalah logam utama yaitu golongan IA, IIA, dan IIIA. Maka penamaan cukup menyebutkan nama unsur logamnya kemudian diikuti nama nonlogamnya dan diberi akhiran -ida. Dan untuk logam memiliki muatan ion positif. Misalnya K^+1,Na^+1, dan Be^+2. Nilai muatannya sesuai golongan. Bila berasal dari golongan IA berarti muatannya +1, golongan IIA muatannya +2 dan golongan IIIA muatannya +3.
Rumus penamaan senyawa yang berasal dari unsur logam utama dan nonlogam adalah Nama Logam + Nama Nonlogam + -ida
Contohnya:
K2O : Kalium oksida
BaCl2 : Barium klorida
MgCl2 : Magnesium klorida
KBr : Kalium bromida
Al2O3 : Alumunium oksida
Penamaan senyawa dari unsur logam transisi dan nonlogam
Logam transisi atau golongan B memiliki lebih dari satu muatan atau biasa disebut dengan bilangan oksidasi (biloks). Sehingga dalam penamaan, bilangan oksidasi logam dalam membentuk senyawa tertentu harus disebutkan dalam bentuk romawi.
Misalnya untuk unsur besi (Fe) memiliki bilangan oksidasi +2, +3. Jika dalam suatu senyawa bilangan oksidasi besi tersebut adalah +2 maka dalam penamaan harus dinyatakan dalam romawi, yaitu besi (II) lalu diikuti dengan nama nonlogamnya dan diakhiri dengan -ida.
Rumus penamaan senyawa yang berasal dari unsur logam transisi dan nonlogam adalah Nama logam + di dalam kurung nomor biloks dinyatakan dengan angka romawi + -ida.
Contohnya:
FeCl3 : Besi(III) klorida
Fe2O3 : Besi(III) oksida
MnO2 : Mangan(IV) oksida
CuCl2 : tembaga(II) klorida
Penamaan Senyawa Kovalen
Untuk pemberian nama senyawa kovalen yang terbentuk dari unsur nonlogam dan nonlogam. Maka menggunakan aturan penambahan bahasa yunani untuk menyatakan jumlah unsur pengusunnya. Urutannya sebagai berikut:
1: mono
2: di
3: tri
4: tetra
5: penta
6: heksa
7:hepta
8: okta
9: nona
10: deka
Rumus penamaan senyawa yang berasal dari unsur nonlogam dan nonlogam atau senyawa yang berikatan kovalen adalah Jumlah unsur penyusun 1 + Nama unsur nonlogam 1 + Jumlah unsur penyusun 2 + Nama unsur nonlogam 2.
Perlu diperhatikan bahwa untuk penomoran mono (1) hanya digunakan untuk unsur penyusun nonlogam yang kedua. Jika unsur penyusun nonlogam pertama berjumlah 1 maka tidak perlu diberi imbuhan mono. Langsung saja nama unsurnya.
Contohnya
NO2 : Nitrogen dioksida
NO : Nitrogen Monoksida
CO : Karbon monoksida
CO2 : Karbon dioksida
P2O5 : Difosforus pentaoksida
SiO2 : Silikon dioksida
Materi kimia memang seharusnya lebih banyak berlatih setelah paham dengan konsep teorinya. Tak terkecuali dengan materi Tata nama senyawa ini. Untuk materi selanjutnya akan dibahas tentang konsep tata nama senyawa kimia yang lain. Untuk materi kali ini cukup sekian, semoga bermanfaat. Salam sukses.
0 Response to "Konsep Mudah Memahami Tata Nama Senyawa Biner Dalam Kimia"
Posting Komentar