Sebelumnya sudah dijelaskan tentang Penjelasan Tentang Radikal Bebas yang Berbahaya Bagi Kehidupan Makhluk Hidup dan Cara Pencegahannya di postingan lalu. Dari postingan tersebut sudah dijelaskan bahaya dan cara pencegahan hal berbahaya dari radikal bebas. Dimana antioksidan sangat berperan dalam melawan radikal bebas berbahaya.
Peranan antioksidan sangat penting dalam menetralkan dan menghancurkan radikal bebas yang dapat memicu terjadinya penyakit-penyakit degeneratif.
Pengertian antioksidan
Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada radikal bebas sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam.
Antioksidan digunakan sebagai upaya untuk memperkecil terjadinya proses oksidasi dari lemak dan minyak, memperkecil terjadinya proses kerusakan dalam makanan, memperpanjang masa pemakaian dalam industri makanan, meningkatkan stabilitas lemak yang terkandung dalam makanan, serta mencegah hilangnya nutrisi dan kualitas sensori. Karakter utama senyawa antioksidan adalah kemampuannya untuk menangkap dan menstabilkan radikal bebas.
Penggolongan Antioksidan
Menurut Winarsi (2007), antioksidan dikelompokkan menjadi 2 yaitu antioksidan enzimatis dan non-enzimatis. Antioksidan enzimatis misalnya enzim superoksida dismutase (SOD), katalase, dan glutation peroksidasa.
Antioksidan non-enzimatis masih dibagi dalam 2 kelompok lagi, yaitu :
1) Antioksidan larut lemak, seperti tokoferol, karotenoid, flavonoid, quinon, dan bilirubin.
2) Antioksidan larut air, seperti asam askorbat, asam urat, protein pengikat logam, dan protein pengikat heme.
Sedangkan berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu :
1) Antioksidan primer
Antioksidan primer disebut juga antioksidan enzimatis. Suatu antioksidan dikatakan sebagai antioksidan primer apabila dapat memberikan atom hydrogen secara cepat kepada senyawa radikal, kemudian radikal antioksidan yang terbentuk segera berubah menjadi senyawa yang lebih stabil. C
Contoh antioksidan primer, ialah enzim superoksida dimustase (SOD), katalase, dan glutation dimustase.
Sebagai antioksidan, enzim-enzim tersebut menghambat pembentukan radikal bebas dengan cara memutus reaksi berantai (polimerisasi) kemudian mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil. Antioksidan dalam kelompok ini disebut juga chain-breaking-antioxidan.
2) Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder disebut juga antioksidan eksogenus atau non-enzimatik. Antioksidan dalam kelompok ini juga disebut pertahan preventif.
Kerja sistem antioksidan non-enzimatik yaitu dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau dengan cara menangkapnya kemudian mencegah reaktivitas amplifikasinya sehingga radikal bebas tidak akan bereaksi dengan komponen seluler.
Menurut Soewoto (2001), antioksidan sekunder meliputi vitamin E, vitamin C, karoten, flavonoid, asam urat, bilirubin, dan albumin. Vitamin C dan karotenoid banyak terdapat dalam sayuran dan buah-buahan. Oleh sebab itu, untuk memperoleh antioksidan vitamin C dan karotenoid diperlukan asupan sayuran dan buah-buahan dalam jumlah tinggi.
3) Antioksidan tersier
Kelompok antioksidan tersier meliputi sistem enzim DNA repair dan metionin sulfoksida reduktase. Enzim-enzim ini berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak akibat reaktivitas radikal bebas.
Kerusakan DNA yang terinduksi senyawa radikal bebas dicirikan oleh rusaknya single dan double strand, baik gugus non-basa maupun basa.
Berdasarkan sumbernya antioksidan dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
1) Antioksidan sintetik
Antioksidan sintetik diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia. Contoh antioksidan sintetik yang diijinkan untuk makanan, antara lain ada lima antioksidan yang penggunaannya meluas dan menyebar di seluruh dunia, yaitu butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluen (BHT), propil galat, tert-butilhidroksi quinon (TBHQ) dan tokoferol.
Antioksidan tersebut merupakan antioksidan alami yang telah diproduksi secara sintesis untuk tujuan komersial.
2) Antioksidan alami
Antioksidan alami di dalam makanan dapat berasal dari senyawa antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen makanan, senyawa antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses pengolahan, maupun senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan ditambahkan ke makanan sebagai bahan tambahan pangan.
Kebanyakan senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami adalah berasal dari tumbuhan. Isolasi antioksidan alami telah dilakukan dari tumbuhan yang dapat dimakan, tapi tidak selalu dari bagian yang dapat dimakan. Antioksidan alami tersebar di beberapa bagian tanaman seperti pada kayu, kulit kayu, akar, buah, bunga, biji dan serbuk sari.
Salah satu antioksidan alami adalah vitamin C (L-asam askorbat). Vitamin C merupakan antioksidan alami yang dapat larut dalam air dan dalam keadaan murni berbentuk kristal putih dengan berat molekul 176,13 dan rumus molekul C6H6O6.
Vitamin C memiliki struktur monosakarida, tetapi mengandung gugus enadiol.
Rumus bangun vitamin C adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Rumus Bangun Vitamin C
Mekanisme kerja antioksidan
Mekanisme antioksidan dalam menghambat setiap tahap proses oksidasi dapat disebabkan oleh 4 macam mekanisme reaksi yaitu:
1) Pelepasan hidrogen dari antioksidan.
2) Pelepasan elektron dari antioksidan
3) Addisi lemak ke dalam cincin aromatik pada antioksidan
4) Pembentukan senyawa kompleks antara lemak dan cincin aromatik dari antioksidan.
Antioksidan dapat menghambat setiap tahap oksidasi. Adapun tahap-tahap reaksi oksidasi adalah sebagai berikut:
1) Tahap inisiasi, yaitu awal pembentukan radikal bebas.
RH + ●O-O● + cahaya panas →R● + ●OOH
2) Tahap propagasi, yaitu pemanjangan rantai radikal.
R● + ●O-O● → RO2
RO2● + RH → RO2H + R●
3) Tahap terminasi, yaitu bereaksinya senyawa radikal dengan radikal lain atau penangkap radikal.
R● + ●OOH → RO2H
R● + R● → RR
R● + RO2● → RO2R
Dimana, RH = lemak/ minyak tidak jenuh, RO2● = peroksidan aktif, dan R● = asam lemak tidak jenuh aktif.
Dalam penambahan antioksidan, maka enersi dalam persenyawaan aktif yang mengandung enersi ditampung oleh antioksidan sehingga reaksi oksidasi terhenti.
Antioksidan yang buruk untuk tubuh
Seharusnya mengonsumsi antioksidan dalam jumlah banyak akan menyehatkan karena akan melawan radikal bebas? Ternyata tidak sepenuhnya benar. Lalu antioksidan seperti apa yang tidak baik untuk tubuh.
Antioksidan alami diperoleh dari buah, sayur, gandum, telur dan kacang-kacangan. Jenis antioksidan tersebut sangat baik untuk tubuh. Sedangkan antioksidan dari suplemen justru bisa merusak.
Analisis tahun 2012 menemukan bahwa percobaan 70 kali yang diterapkan pada suplemen menunjukkan bahwa suplemen itu tidak efektif bahkan menimbulkan efek samping merusak.
Kebutuhan antioksidan masing-masing orang berbeda tergantung gaya hidupnya. Jika seseorang gaya hidupnya adalah merokok, tinggal di tempat tinggi polusi, pola makan buruk, tidak pernah berolahraga atau sering mengonsumsi minuman beralkohol, makan ia perlu asupan antioksidan yang tinggi.
Alasan konsentrasi antioksidan sangat tinggi dapar merusak tubuh adalah
- Menjadi pro-oksidan yang malah meningkatkan oksidasi
- melindungi sel-sel berbahaya (seperti sel kanker), selain sel-sel yang sehat
- mengurangi manfaat kesehatan dari berolahraga
- menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan, seperti mual-mual dan pusing, bahkan bisa menjadi selevel racun
Karena memang segala sesuatu yang instan tidak baik. Jadi bila hanya mengharapkan hal yang mudah dari pil antioksidan yang dikonsumsi saja. Tanpa melakukan gaya hidup sehat, maka hal itu hanya akan membahayakan tubuh.
Semua yang berlebihan sangat tidak baik untuj tubuh. Jadi sebaiknya konsumsi buah dan sayur yang memiliki kandungan antioksidan alami yang menyehatkan. Selain itu juga didukung dengan pola hidup sehat.